Jawahirul Kalamiyah - Iman Kepada Allah SWT (3)

Lanjutan Posting sebelumnya : Jawahirul Kalamiyah - Iman Kepada Allah SWT (2)


Tanya: 
Bagaimana meyakini sifat kuasa Nya Allah SWT? 

Jawab:
Yaitu dengan meyakini sesungguhnya Allah SWT itu mempunyai kekuasaan dan sesungguhnya Allah SWT yang maha Berkuasa terhadap segala sesuatu.

Tanya: 
Bagaimana meyakini sifat Allah SWT mah Berkehendak? 

Jawab: 
Yaitu dengan meyakini bahwa Allah SWT itu mempunyai sifat maha berkehendak, dan sesungguhnya suatu kejadian itu tidaklah mungkin terjadi tanpa kehendak Allah, singkatnya segala sesuatu sesuai kehendaknya, dan tentunya tanpa kehendak Nya tidaklah mungkin sesuatu itu terjadi.

Tanya: 
Bagaimana meyakini sifat Allah maha Mendengar? 

Jawab: 
Yaitu dengan meyakini bahwa sesungguhnya Allah SWT mempunyai sifat Maha Mendengar, dan sesungguhnya Allah mendengar segala sesuatu, bahkan yang samar bagi Allah itu sangatlah jelas, dan tentunya mendengarnya Allah tidaklah sama dengan mendengarnya kita, karena mengengarnya kita membutuhkan alat yaitu telinga, dan cara mendengarnya Allah tidaklah membutuhkan bantuan alat apapun.

Tanya: 
Bagaimana meyakini sifat melihatnya Allah SWT? 

Jawab: 
Yaitu dengan meyakini bahwa Allah SWT mempunyai sifat maha melihat, dan semuanya sesuatu yang ada itu Allah bisa melihatnya, seperti halnya Allah bisa melihat semut hitam kecil yang berjalan di malam gelap, atau yang lebih kecil dari itu semua, tidak ada sesuatu apapun yang bisa terlewat dari pandangan Allah di muka bumi dan langit ini baik secara dhohir (nyata) ataupun batin (ghaib). Tidaklah sama cara melihat Allah dengan melihatnya kita mahluk. Karena melihatnya kita itu membutuhkan alat dua mata, dan melihatnya Allah SWt itu terlepasa dari alat atau bentuk apapun.

Tanya : 
Bagaimana meyakini sifat Kalam nya Allah SWT? 

Jawab: 
Yaitu dengan meyakini bahwa Allah SWT itu mempunyai sifat maha berbicara (kalam) dan sesungguhnya Berbicaranya Allah SWT itu tidaklah sama dengan berbicaranya kita mahluk. Karena sesungguhnya berbicaranya kita (mahluk) membutuhkan perantara alat yaitu mulut, bibir dan lidah. Dan berbicaranya Allah SWT tidaklah sama seperti demikian.

Tanya: 
Beritahu saya tentang sifat yang tidak mungkin dimiliki Tuhan kita Allah SWT?

Jawab: 
Sifat yang tidak mungkin dari yang seharusnya dimiliki Allah SWT, dan tidaklah pantas Allah SWT disifatkan dengan hal itu yaitu, ‘Adam (Tidak kekal), khuduutsul fana (menemui kerusakan), mumatsalatu lilkhawadist (ada yang menyerupai), ikhtiyaaju lighairihi (butuh terhadap sesuatu selain Allah SWT), wujudu syariik (mepunyai sekutu, tidak tunggal), ‘ajzu (lemah), karohatu aiy wuku’u syaiun bighairi irodatin (terpaksa akan sesuatu tanpa ada irodah / ketentuan Allah SWT), jahlu wa asybahu dzalik (menyerupakan sesuatu dengan Allah SWT). Dan kesemuanya itu tidakhlah mungkin / mustahil Allah SWT disifatkan seperti halnya sifat-sifat di atas. Dan Tuhan kita Allah SWT tidaklah disifatkan dengan sifat apapun kecuali dengan sifat yang Maha Sempurna.

Tanya: 
Beritahu saya tentang kekuasaan yang Allah SWT perbuat terhadap sesuatu? 

Jawab: 
Perbuatan Allah SWT itu seperti halnya, menjadikan manusia kaya, atau menjadi miskin, atau menjadi sehat atau sakit, dan lain sebagainya.

Tanya: 
Apakah maksud dari istiwa (duduk) nya Allah SWT seperti dalam surat Alquran ‚arrohmanu ‘alal ‘arsy syistawa‛? 

Jawab: 
Yang dimaksud dengan duduknya ini adalah kepantasan yang di sifatkan pada Allah SWT dan keagungan yang dimiliki Allah SWT yang maha luhur dan agung, yang sudah kita ketahui bersama adalah kewajaran, dan caranya sendiri kita tidak mengetahui nya. Dan duduknya di atas Arsy tentunya tidaklah sama seperti halnya duduknya manusia dalam perahu, atau ketika kita duduk di atas onta, atau kita duduk di atas kasur. Oleh karenanya digambarkanlah seperti di atas supaya jangan sampai keliru memahaminya, supaya tidak menyamakan terhadap Allah dan mahluk termasuk sifatnya. Dan selanjutnya kita harus yakini dari dalil akal atau dalil quran bahwa itu semua (duduknya) Allah SWT tidaklah sama dengan sesuatu apapun. Seperti halnya dzatnya Allah SWT itu tidaklah pantas disamakan dengan sifat yang ada pada mahluk. Dan apa yang dinisbatkan (di maksudkan) tidaklah pantas diarahkan pada Allah SWT dari sifat sifat mahluk

Tanya: 
Apakah boleh kita kita meyakini Allah SWT mempunyai tangan, mata, dan sejenisnya? 

Jawab: Itu semua sudah dikabarkan dalam kitab suci Al-Quran kalimat tangan, dalam firman Nya yang mulia, ‚Yadullahi fauqo aidiihim‛, dan maksud tangan disini (dalam firman Allah) ‚maa mana’aka antasjuda lima kholaqtu biyadayya‛, dan kalimat mata (seperti dalam firman Nya) ‚fasbir lihukmi robbika fainnaka bi’ayuninaa‛. Dan sesungguhnya tidaklah semua itu diturunkan kecuali ada maksud di dalamnya yang ada dalam kitab yang diturunkan, atau ada maksud di dalamnya kepada nabi yang di utus kepadanya.

Tanya: 
Bagaimana mengartikan tangan Allah? 

Jawab: 

Mengartikan tangan dapat diartikan akan dengan keluhuran Allah SWT, dan begitu juga mengartikan kalimat mata, dan sesungguhnya semuanya itu tidaklah dimaksudkan kepada Allah SWT, karena yang dimaksudkan tadi masih bersentuhan dengan sifat mahluk. Dan kita harus meyakini sesungguhnya tadi itu (tangan, mata) tangan tidaklah sama dengan tangan kita / apapun, begitu juga menafsirkan mata. Dan sudahlah sepantasnya kita memahami semua ini berbeda antara (mahluk yang diciptakan Allah dangan dzat Nya Allah SWT), karena sekali lagi Allah tidaklah sama dengan sesuatu apapun.